Hadashi no Gen bisa dikatakan anime yang pastinya akan mengingatkan masyarakat Jepang tentang kekelaman dari akhir Perang Dunia II: bom atom. Peristiwa bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki memaksa Jepang menyerah tanpa syarat di tangan para anggota sekutu.
Di penghujung Agustus, Virtual Verbal akan mengajak Anda sedikit bernostalgia tentang peristiwa yang menimpa Jepang–73 tahun silam melalui ulasan singkat tentang Hadashi no Gen.
Perlu dicatat, penulis tidak akan mengulas anime ini dari perspektif kualitas gambar atau suara. Anime ini terbilang cukup tua karena dirilis pada 21 Juli 1983, oleh karena itu–tidak relevan jika mengomentari dan memperbandingkan anime ini dengan anime-anime kontemporer.
Langsung saja kita mulai!
Sinopsis
Gen merupakan anak dari seorang perajin sendal yang hidup sederhana bersama keluarganya. Gen dan keluarganya harus bertahan dari kondisi Jepang yang telah beberapa tahun mengikuti Perang Dunia II. Dampak terburuk yang terlukis adalah menipisnya suplai kebutuhan pokok yang lebih diutamakan untuk orang-orang yang berperang.
Hal itu tambah dipersulit dengan kondisi Ibu Gen yang tengah hamil tua. Menipisnya suplai makanan membuat sang Ibu mengalami malnutrisi. Gen nekat mencuri ikan dari kolam tetangganya demi kebutuhan nutrisi Ibu dan adiknya yang belum lahir. Walaupun akhirnya ter-cyduk oleh sang pemilik ikan, akhirnya Gen berhasil mendapatkan ikan itu. Caranya? Ya, kepergok, dipukul, Gen menjelaskan bahwa ikan itu untuk menolong Ibunya, lalu timbul rasa iba dari pemilik ikan langsung mengikhlaskan ikan tersebut.
Kurang lebih begitulah prolog dibuka. Perang, ultra-nasionalisme, patriotisme digambarkan merupakan sesuatu yang percuma di hadapan penderitaan ‘warga kelas bawah’. Hidup mereka yang sengsara malah tambah sengsara bin nelangsa. Terlepas dari semua hal itu, Gen berusaha untuk tetap ceria.
Namun, hal itu berubah ketika pesawat B-29 milik Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir yang dijuluki Little Boy ke Hiroshima. Pasca jatuhnya bom, Gen sedang berjalan menuju sekolah–sedangkan keluarganya berada di rumah. Keberuntungan membuat Gen selamat, bocah itu langsung berlari telanjang kaki menuju rumahnya.
Keberuntungan yang dimiliki Gen tidak berlaku bagi ayahnya, kakak perempuannya, dan adik laki-lakinya; mereka terjepit di dalam puing-puing reruntuhan rumah. Akhirnya, Gen hanya bisa menyelamatkan ibunya yang sedang hamil tua.
Dari situlah cerita berkembang. Gen dan Ibunya harus berjuang dari kekacauan pasca jatuhnya ‘Little Boy’ di Hiroshima. Gen yang bertelanjang kaki pun nampak lebih heroik dari arak-arakan telanjang dada di masa kini.
Kelebihan
- Penokohan: Penokohan dalam Hadashi no Gen sangat baik. Beberapa tokoh digambarkan sangat berkarakter. Contohnya,, tokoh ayah Gen yang digambarkan sebagai seorang pemimpin keluarga yang digambarkan menyayangi keluarganya. Beliau lebih suka dicap pengkhianat negara, anti nasionalisme daripada harus menelan semboyan patriotisme di atas penderitaan keluarganya. Penokohan ibu yang tabah dan bocah yang mencoba menjadi sosok yang kuat seperti yang diajarkan keluarganya pun kental terlihat di Hadashi no Gen.
- Penyudutpandangan/Perspektif: Perspektif utama yang diangkat oleh anime ini adalah sudut pandang dari seorang anak yang terjebak dalam kemelut perang dan bencana bom atom. Anak-anak yang seharusnya tumbuh dengan cara bermain, berlajar, serta didukung oleh gizi yang baik sama sekali hilang dalam anime ini. Hal inilah yang membuat cerita dari anime ini menarik: kemungkinan-kemungkinan semacam apa yang anak-anak dapat temukan akibat dampak perang?
- Bentuk Komunikasi: Anime yang mencoba mengkomunikasikan sejarah dalam kemasan yang berbeda merupakan suatu terobosan agar lebih mudah dimengeri oleh masyarakat. Penuturan sejarah yang biasanya hanya muncul dalam bangku sekolah hadir dalam bentuk yang berbeda. Pesan yang ingin dikomunikasikannya bukan melulu tanggal peristiwa sejarah atau tokoh-tokoh pahlawan–melainkan contoh telanjang dari manusia-manusia yang paling dirugikan oleh dampak perang.
Kekurangan
- Pelataran: Dalam konteks ini, penulis menganggap ada beberapa pelataran yang sedikit mengganggu di anime ini. Di beberapa scene, ada beberapa karakter yang nampak masih hidup walau rupa mereka nampak seperti mayat hidup. Dari faktor tersebut, penulis mulai sulit membedakan mana kejadian yang memang nyata dan tidak. Penulis serasa dibawa ke sebuah alam surrealis yang membuat nyata dan khayal kehilangan garis batas. Faktor yang kedua, film ini terasa vulgar jika kita menyandingkannya dengan perspektif anak-anak dan budaya timur. Sudut pandang pada scene ibu menyusui terkesan terlalu mengekspos payudara perempuan pada porsi yang ‘kurang tepat’.
- Kausalitas/Sebab-akibat: Seorang bocah yang selamat dari bom atom. Faktor yang makin sulit dipercaya adalah Gen yang sedang menuju sekolah ke pusat kota Hiroshima (pusat ledakan) selamat, sedangkan keluarganya yang berada dipinggiran kota malah meninggal. Gen pun digambarkan tak sedikitpun terluka dan bisa berlari menuju kota yang mayoritas hancur. Itulah yang penulis tangkap dari Gen pasca bom atom. Unsur sebab-akibat yang ajaibnya tidak menimpa tokoh ini. Hal itu ditambah dengan Gen yang sembuh secara ajaib dari degenerasi; rambut Gen yang rontok akibat dampak radioaktif. Bila narasi mukjizat merupakan sesuatu yang ingin digambarkan dari anime ini, tentunya Penulis salah meletakan ini sebagai kekurangan.
Kesimpulan
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, Hadashi no Gen dapat memberikan sejumlah efek keharuan yang mungkin akan membuat kita lebih bersyukur karena tidak dilahirkan dalam kondisi perang. Unsur-unsur ‘bertahan hidup’ yang lebih gamer kenal dalam latahnya gim-gim kontemporer mengeksploitasi survival mode pun tentunya akan sedikit memudar ketika melihat cara Gen ‘bertahan hidup’.
Bila kita mengenyampingkan beberapa faktor yang cukup vulgar, Hadashi no Gen bisa dijadikan sebagai semacam alternatif untuk mempelajari sejarah. Sayangnya, kualitas gambar setelan tahun 80-an akan membuat kebanyakan anak bakalan ‘ogah-ogahan’ menonton anime ini.
Setidaknya, Hadashi no Gen bakalan membuka pandangan kita bahwa anime itu tidak sesempit eksploitasi fans service. Anime masih membuka peluang agar Sejarah Visual bisa terus direproduksi,
The Review
Hadashi no Gen
Sepenggal cerita dari seorang anak bernama Gen yang harus berhadapan dengan kenyataan pahit pasca jatuhnya bom nuklir di Hiroshima.
Kelebihan
- Penokohan yang membuat tokoh-tokohnya sangat 'berkarakter'.
- Perspektif yang mengambil sudut pandang anak-anak yang berhadapan dengan bencana pasca perang
- Bentuk komunikasi sejarah yang menggunakan media animasi dan terkesan tidak baku
Kekurangan
- Latar terkadang terkesan surrealis
- Ada beberapa adegan yang nampak tidak pada tempatnya sehingga melahirkan kesan vulgar
- Beberapa unsur sebab-akibat terkesan hilang
Kesimpulan
-
Baik