Bagi kalian yang gemar main gim dan nonton anime, tentunya sudah tak asing lagi jika kalian bertemu tokoh-tokoh protagonis yang mengayunkan dua bilah pedang secara bersamaan. Sebut saja Kirito dari Sword Art Online yang namanya menjadi sangat-sangat mainstream alias pasaran jika kalian sedang bermain gim online (daring). Nah, si Kirito ini dilukiskan sebagai seorang jagoan yang menjagokan teknik Nito-ryu (Dua Pedang) kemana-mana. Kelatahan dia menggunakan pedang ganda sampai dia bawa ke gim daring bertema senjata api (Gungale Online).
Tak hanya itu, Tennis no Ouji-sama alias Prince of Tennis pun membawakan tema olahraga dengan teknik yang mendasarkan diri pada disiplin Nito-ryu. Karena memegang dua raket tenis secara bersamaan merupakan pelanggaran, Ryoma Echizen pun tampil sebagai seorang ambidextrous yang cakap mengoper raketnya ke tangan kanan dan kirinya seolah-olah dia sedang menggunakan teknik Dua Pedang.
Kreator Jepang memang seolah-olah tak pernah kehabisan gagasan. Gagasan-gagasan itu kerap dihasilkan dari kebudayaan-kebudayaan mereka yang terpelihara dengan cukup baik. Berkaca dari dua karya di atas, mari kita sedikit membahas akar dari teknik Dua Pedang itu sendiri. Tentunya dari perspektif seni bela diri.
Asal Mula
Teknik Dua Pedang (Nito-ryu, Nihon Katana) berakar dari gelombang Ronin yang mulai muncul pada abad ke-10. Menurut buku A Dictionary of The Martial Arts karangan Chuck Norris, Miyamoto Musashi (1584-1645) adalah Samurai Jepang paling terkenal, murid ayahnya sendiri, Minisai Shinmen. Minisai Shinmei kalah dalam pertarungan dengan seorang ahli dengan pedang besar (O-dachi) dari klan Mori, Sasaki Ganryu, yang kemudian membunuhnya.
Miyamoto Musashi terus menyempurnakan dirinya dalam seni kependekaran, mencari pembunuh ayahnya dan membantainya dalam sebuah duel yang sependek ketenarannya. Legenda mengambil-alih kepemilikan kehidupannya yang penuh petualangan dan eksploitasunya menjadi pokok persoalan dari cerita, novel, dan drama yang tidak terhitung jumlahnya. Bukunya yang paling terkenal adalah buku yang dipersembahkan Yoshikawa Eiji kepadanya, Musashi, the Stone and the Sword, yang diikuti dengan The Perfect Light, (Balland, Paris, 1983).
Miyamoto mendirikan perguruan pertarungan-pedang yang dinamakan ‘The Two-Sword School’ (Niten Ichi-ryu) dimana dia mengajarkan metode pertarungan dengan dua pedang, pedang panjang Daito atau Katana dan pedang pendek Shoto atau Wakizashi.
Pada tahun 1643 dia mengasingkan diri ke gua sehingga dia bisa bermeditasi dan menulis karya utama dari kehidupannya, Gorin-no-Sho (Book of Five Rings), dengan bantuan muridnya Terao Katsunobu. Miyamoto juga berperan serta dalam pendirian perguruan pendekar lain, Emmei-ryu dan juga menjadi pengarang buku lain yang bernama Dokukodo, yang berhubungan dengan semangat Bushido.
Sedikit Komparasi dengan Produk Kebudayaan Populer
Dari kedua contoh di atas beserta sejarah singkat Miyamoto Musashi, kita bisa melihat perbandingan teknik Nito-ryu dalam konteks seni bela diri dan industri hiburan. Contoh, di dalam Sword Art Online, pedang ganda yang digunakan Kirito memiliki diameter yang sama, sedangkan dalam Niten Ichi-ryu pedang ganda yang digunakan tidak memiliki diameter yang sama (Daito dan Shoto).
Setelah mengetahui sedikit inspirasi dari kreator Jepang yang tidak abai terhadap sejarah, masihkah kita menganggap sejarah merupakan sesuatu yang tiada guna? Terlalu dangkal jika kita menganggap sejarah hanyalah ‘mantan’ yang harus kita move on-kan.